Sabtu, 09 Mei 2020

Guru Bimbingan & Konseling Di Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0


Dalam pendidikan formal, bimbingan dan konseling secara integral memiliki peran yang sangat penting di sebuah sekolah. Peran bimbingan dan konseling di sebuah sekolah yaitu sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada peserta didik secara sistematik dan berkelanjutan dalam penelusuran arah minat, bakatnya dan pengembangan pribadinya, pengembangan sosialnya, pengembangan belajarnya serta arah minat karir peserta didiknya dalam bentuk pemberian layanan konseling, dan juga memberi bantuan kepada peserta didik dalam permasalahan-permasalahan yang dihadapi sesuai dengan perkembangan dirinya secara mandiri dan memandirikan. Mengingat pentingnya peran bimbingan dan konseling di sebuah sekolah, maka guru bimbingan dan konseling dituntut untuk memiliki kompetensi, kreatifitas dan inovasi. Kompetensi, kreatifitas dan inovasi merupakan persyaratan mutlak bagi guru bimbingan dan konseling saat ini dalam pemberian layanan kepada peserta didik. 
Karakteristik peserta didik saat inilah yang menuntut guru bimbingan dan konseling harus memiliki minimal 3 (tiga) kriteria progresif di atas, mengingat karakteristik peserta didik saat ini sangat berbeda dengan karakteristik di era sebelumnya. Menurut Aip Badrujaman (2020) dalam seminar guru BK Se Kota Tangerang Selatan dengan tema peran guru BK di era revolusi industri 4.0 menuju era society dan tantangan guru BK dalam pemberian layanan yang efektif. Menurut beliau Guru BK saat ini mau tidak mau, suka tidak suka harus mampu memanfaatkan teknologi dalam pemberian layanan BK mengingat saat ini sudah masuk era digitalisasi atau disebut era revolusi industri 4.0, bahwa revolusi industri 4.0 adalah perubahan besar dan radikal terhadap pemanfaatan dan produksi sebuah barang. Revolusi Industri 4.0 saat ini adalah nama tren dari sistem otomatisasi industri, dimana terdapat pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber fisik, internet untuk segala aktifitas, komputasi kognitif dan aktifitas lain berbasis jaringan. Revolusi industri 4.0 sering pula disebut revolusi industri generasi keempat yang ditandai dengan kemunculan super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa awak, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia dapat mengoptimalkan fungsi otak. 

Deskripsi Era Revolusi Industri 4.0 
Seperti dikutip dari Warta Ekonomi, revolusi industri adalah perubahan terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang. Revolusi industri merupakan fenomena yang terjadi antara 1750 – 1850. Saat itu, terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Perubahan tersebut ikut berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi industri pertama atau disebut era 1.0 terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Saat itu mesin uap sudah digunakan untuk alat tenun mekanis dalam industri tekstil dan sudah mengantikan peran manusia dan hewan. Begitu juga mesin uap digunakan pada bidang transportasi laut seperti kapal laut. Revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang jauh lebih singkat. Negara-negara imperialis di Eropa mulai menjajah kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Selain penjajahan, terdapat dampak lain dari revolusi industri, yaitu pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya.

(sumber: PPT, Badrujaman, 2020)

Aip Badrujaman juga mengatakan bahwa guru BK di abad 21 atau era revolusi industri 4.0 saat ini harus mampu mengimplementasikan layanannya dengan pemanfaatan teknologi, misalnya penerapan e-adminstration BK, contoh sederhana penggunaan microsoft excel dalam penginputan data peserta didik melalui pemanfaatan google form (misal saat melakukan asessmen BK bisa dengan AUM, AKPD dll) guna mengefesiensikan waktu kerja BK di sekolah mengingat beban peserta didik binaan guru BK menurut ketentuan 150 peserta didik berbanding 1 guru BK, namun fakta dilapangan guru BK di sebuah sekolah dibebani hingga 500 peserta didik binaan, tentu hal demikian membuat guru BK mengalami kesulitan menentukan skala prioritas dalam kerjanya.


Aip Badrujaman juga menambahkan penggunaan Cyber Counceling sudah harus diterapkan dalam institusi pendidikan baik tingkat SMP/SMA/SMK, contoh sederhana pengunaan media sosial  (medsos) Whatsapp dalam konseling atau bimbingan kelompok atau individu. 

2 komentar:

  1. Kalo ada di share juga dong aplikasi2 ADM BK....

    BalasHapus
  2. masih banyak guru bk yang gagap teknologi pak,..adakah program pelatihan khusus guru bk dlm memanfaatkan teknologi utk layanan konseling

    BalasHapus

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional Oleh : Sulaiman CGP Angkatan 9  SMP Negeri 17 Tangerang Selatan Kali ini saya akan menulis menge...